Selasa, 30 Juni 2015

bedah jurnal nano partikel polimetrik


BEDAH JURNAL TENTANG FORMULA NANO PARTIKEL POLMETRIK

A.    Nano partikel polmetrik

Rancangan formula

Salbutamol

            Kitosan                                   

            Polietilen oksida (PEO)         

     Polivinil Alkohol (PVA)        

Poliasam akrilat (PAA)          

TPP                                        

Poloxamer

 

B.     Alasan penggunaan bahan

1.      Salbutamol (Zat aktif)

Salbutamol sulfat merupakan obat yang sering digunakan dalam terapi asma dan penyakit paru obstruktif kronis. Obat ini memiliki tempat absorpsi khusus di lambung dan usus halus bagian atas. Salbutamol sulfat akan mengalami sulfonasi di usus halus bagian bawah dan degradasi di  kolon sehingga akan menghasilkan bioavailabilitas 40 % dan jika diberikan secara oral. Untuk mengatasi masalah ini strategi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan absorpsi salbutamol sulfat di lambung. Peningkatan absorpsi dapat dicapai dengan memformulasikan salbutamol sulfat dalam bentuk sediaan nanopartikel. Bentuk sediaan nanopartikel dipilih karena dapat meningkatkan luas permukaan kontak sediaan dengan lambung, dan juga karena ukurannya yang kecil, maka sediaan akan dapat melewati halangan sterik dari lapisan mukus  pada dinding lambung untuk dapat menuju ke tempat absorpsi. Untuk dapat melewati halangan sterik yang berasal dari lapisan mukus, ukuran nanopartikel yang dibuat maksimal berukuran 500 nm (Lai, 2009)

Salbutamol sulfat  merupakan  obat  yang diabsorpsi  secara cepat  melalui rute oral  dan memiliki tempat  absorpsi  khusus  di lambung dan  usus  halus  bagian  atas.  Namun, bioavailabilitas  salbutamol  sulfat  hanya dapat  mencapai  40% jika diberikan  secara oral akibat  terjadinya sulfonasi  di  usus  halus,  hati, dan  terdegradasi di  kolon.  Obat  ini tereliminasi 60-90% lewat urin dalam 24 jam dalam bentuk salbutamol sulfat dan 4’-O-sulfat salbutamol, dan tereliminasi 12% lewat feses (Rao, 2009 ; Moffat, 2003, Özyazici, 2003).

Konsentrasi maksimum plasma dari salbutamol sulfat dicapai dalam waktu kira-kira 2.5 jam dan waktu paruh obat ini antara 2.5-7 jam. Studi lain mengindikasikan bahwa waktu paruh salbutamol sulfat adalah 4 jam (Sonar, 2009 ; AHFS Drug Information, 2008).

2.      Kitosan

Kitosan memiliki sinonim 2-amino-2-deoksi-(1,4)-b-D-glukopyranan, kitin terdeasetilasi, deasetilkitin. Nama kimianya adalah poli-b-(1,4)-2-amino-2-deoksi-D-glukosa (Rowe, 2009).

Nilai pH dari larutan kitosan dalam air adalah 4-6 (1% dalam larutan air). Kitosan memiliki massa jenis 1.35-1.40 g/cm3 dan temperatur transisi gelas pada 203oC. Kitosan sedikit larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol (95%), pelarut organik, dan larutan netral atau basa dengan pH di atas kira-kira 6.5. Kitosan larut dalam larutan encer ataupun pekat dari banyak larutan asam organik dan beberapa larutan asam anorganik, kecuali asam fosfat dan asam sulfat (Rowe, 2009).

Kitosan telah digunakan sebagai penyalut, penghancur (disintegran), pembentuk lapisan film, agen mukoadhesif, pengikat tablet, dan peningkat viskositas sediaan. Dalam formulasi farmasetika, kitosan berguna dalam mengendalikan pemberian obat sebagai penyusun sediaan mukoadhesif, sediaan lepas cepat, penghantaran peptida, penghantaran obat di kolon, dan penghantaran gen (Rowe, 2009).
 
Kitosan merupakan polimer kationik dengan muatan listrik yang tinggi pada pH <6.5, sehingga adhesif dengan permukaan bermuatan negatif dan mengkhelat ion logam. Gugus hidroksil dan amino yang reaktif pada kitosan berperan dalam reaksi kimia dan pembentuka garam. Gugus amino memungkinkan interaksi kitosan dengan sistem anionik, yang menghasilkan perubahan karakteristik fisikokimia dari kombinasi-kombinasi tersebut (Rowe, 2009).

Hampir semua sifat-sifat fungsional kitosan bergantung kepada panjang rantai molekul, kepadatan muatan, dan distribusi muatan. Bentuk garam, berat molekul, derajat deasetilasi, dan pH penggunaan kitosan, akan berpengaruh terhadap kinerja kitosan (Rowe, 2009).

Selama disolusi, gugus amin pada kitosan akan terprotonasi, menghasilkan kitosan bermuatan positif dan garam kitosan (klorida, glutamat, dan lain-lain) yang larut dalam air. Kelarutan kitosan dipengaruhi oleh derajat deasetilasi, dan ada tidaknya garam lain dalam larutan. Jika konsentrasi garam dalam larutan semakin tinggi, maka kelarutan kitosan akan menurun sehingga akan terjadi salting out yang akan mengakibatkan presipitasi dari kitosan dalam larutan. Ketika kitosan berada dalam larutan, peristiwa tolak-menolak antara unit terdeasetilasi dengan unit glukosamin yang berdekatan mengakibatkan kitosan berada dalam konformasi yang diperluas. Penambahan elektrolit akan mengurangi gaya tolak-menolak ini sehingga mengakibatkan molekul kitosan berada dalam konformasi yang lebih acak dan bergulung (Rowe, 2009).
 
3.      Polietilen Oksida (PEO)

Polietilen oksida merupakan homopolimer nonionik dari etilen oksida dengan formula (CH2CH2O)n. Lambang “n” merepresentasikan jumlah rata-rata dari gugus oksietilen (Lieberman, 1998). Polietilen oksida berupa serbuk putih atau putih pudar yang memiliki sedikit bau amonia (Rowe, 2009).
 
4.      Polivinil Alkohol (PVA)

Polivinil alkohol merupakan polimer sintetik larut air yang memiliki formula (C2H4O)n. Polivinil alkohol sering digunakan sebagai penyalut, lubrikan, penstabil, dan peningkat viskositas. Dalam melarutkan polivinil alkohol, diperlukan pemanasan dalam air sampai suhu 90oC selama 5 menit (Rowe, 2009).

Polivinil alkohol sering digunakan sebagai penstabil nanopartikel. Penstabil bekerja dengan menempel pada nanopartikel untuk mencegah terjadinya aglomerasi dari nanopartikel (Pimpang, 2008).
 
5.      Poliasam akrilat (PAA)

Poliasam akrilat memiliki sinonim karbomer, karboksipolimetilen, karbopol. Poliasam akrilat mengandung antara 52-68% gugus karboksilat pada basis kering. Poliasam akrilat berupa serbuk higroskopik, bersifat asam, putih dengan bau khas lemah. Poliasam akrilat mengembang dalam air dan gliserin, dan etanol (di etanol setelah netralisasi). Dalam bidang farmasi, digunakan sebagai agen bioadhesif, pengendali pelepasan obat, pengemulsi, pemodifikasi rheologi, suspending agent, dan pengikat tablet (Rowe, 2009).

Interaksi PAA dengan kitosan akan menghasilkan kompleks polielektrolit. Kompleks ini terbentuk dari interaksi elektrostatik antara gugus amin terprotonasi pada kitosan (muatan positif) dan gugus karboksilat terionisasi pada karbopol (muatan negatif) (Hu, 2002).
 
6.      Poloxamer

Poloxamer memiliki sinonim poloxalkol, poloxamera, kopolimer polietilen-polipropilen glikol. Poloxamer merupakan blok kopolimer dari polietilen oksida dan polipropilen oksida. Poloxamer digunakan sebagai pendispersi, pengemulsi, pensolubilisasi, lubrikan tablet, dan pembasah.

Poloxamer merupakan polimer nonionik yang sering digunakan sebagai penstabil sediaan nanopartikel karena sifatnya yang dapat menghalangi interaksi elektrostatik (Owens, 2005).
 
7.      Tripolifosfat

Tripolifosfat merupakan multivalen anion non-toksis yang dapat membentuk gel dengan reaksi ambung silang ionik antara gugus anion dari tripolifosfat dengan gugus amin bebas bermuatan positif dari chitosan Meningkatnya jumlah dan menurunnya pH larutan tripolifosfat, menyebabkan jumlah gugus negatif tripolifosfat yang reaksi sambung silang ionik dengan gugus positif dari chitosan semakin banyak sehingga memperlambat pelepasan obat dari mikropartikel (Ko, et al, 2002).
 
C.    Cara kerja
 
  1. Pembuatan larutan stok          
Bahan-bahan disiapkan dalam bentuk larutan stok. Salbutamol sulfat (100 mg) dilarutkan dalam 100 ml asam asetat 1%, kitosan (100 mg) dilarutkan dalam 25 ml asam asetat 1%, polietilen oksida (100 mg) dilarutkan dalam 25 ml aqua deionisasi, tripolifosfat (40 mg) dilarutkan dalam 20 ml aqua deionisasi.

 
  1. Pembuatan Nanopartikel
Cara pembuatannya adalah dengan (Metode kompleks polielektrolit)         
Dalam pembuatannya, kitosan (CS) digunakan dengan kadar 1 mg/ml (larutan akhir), polietilen oksida (PEO) 1 mg/ml (larutan akhir), sodium tripolifosfat 0.4 mg/ml (larutan akhir), dan polivinil alkohol (PVA) digunakan dengan kadar yang berbeda-beda (0.4, 0.8, 1.2, 1.6, dan 2.0 mg/ml dalam larutan akhir)
a.       Dilarutkan PVA dalam jumlah sesuai kebutuhan dalam air bersuhu 90oC selama 5 menit sambil diaduk di magnetic stirrer

b.      Dibiarkan larut dan mendingin

c.       Setelah dingin, larutan salbutamol sulfat dimasukkan ke dalam larutan PVA DAN kitosan sambil terus diaduk

d.      Ditambahkan larutan PPA dan poloxamer sambil diaduk terus

e.       Ditambahkan larutan CS dan PEO, dan yang terakhir, tambahkan larutan TPP tetes per tetes untuk membentuk nanopartikel

f.       Diaduk larutan selama 10 menit

g.      Nanopartikel kemudian disonikasi selama 10 menit